Jumat, 09 Desember 2016

Media Concentration in Indonesia - Merlyna Lim



Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online.

Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru.


Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya. Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia.

Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar).





Dengan kondisi yang digambarkan di atas, masyarakat Indonesia akan dihadapkan kenyataan pada kualitas pemberitaan yang diekspos oleh hanya beberapa atau segelintir pemilik modal dan yang beberapa diantaranya memiliki latar belakang politik. Benturan kepentingan bisa saja terjadi.

Bagaimana peta Media Online di Indonesia? Internet sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah web. Website kini menjadi sumber informasi terbesar yang menjadi rujukan sebagian besar masyarakat dewasa ini. Website banyak dimiliki oleh orang per orang, berbeda dengan media massa lainnya. kepemilikannya tidak terkonsentrasi pada satu grup semata, tapi merata. Meskipun begitu, ada beberapa website berita yang dikuasai oleh Grup 13 tadi. Fakta menarik, Kaskus (forum komunitas Indonesia) masuk 6 besar dari 10 website yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Selain Facebook dan Google. Detik masih menjadi pilihan utama akses informasi masyakat Indonesia. Kemudian berturut-turut di bawahnya kompas.com, vivanews.com, okenews.com dan lintas berita.com.

Blog sudah menjadi penyeimbang informasi dari media mainstream meskipun belum signifikan, Blog yang sudah punya nama antara lain Ndorokakung.com, Akhdian.com, Isnuansa.com,Bloggombal.com, Jimnysun.com, nazieb.com dan radityaadika.com. Berikut Data yang dipublish tahun 2012 oleh Merlyna Lim dalam Jurnal penelitianya berjudul The League of Thirteen, Media Concentration in Indonesia.
1.      Media Nusantara Citra (MNC) Group
(Hary Tanoesoedibjo)
RCTI, Global TV, MNCTV (ex TPI) 2.Indovision, Sky Vision, SINDO tv network 3. Sindo Radio (Trijaya FM), Radio Dangdut, ARH Global Radio 4. Seputar Indonesia (Koran Sindo) 5. High End magz, Genie, Mom & Kiddie tabloids 6. okezone.com, seputar Indonesia.com, Sindonews.com 7. IT, content production and distributions, talent management, automobile
2.      Mahaka Media Group 
(Erick Tohir)
Jak TV, Alif TV JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female, Gen FM Republika, Harian Indonesia (in Mandarin) Parents Indonesia, A+, GolfDigest, Area, magazines Republika Online,rileks.com,Rajakarcis.com, Entertainment, outdoor advertisement.
3.      Kompas Gramedia Group
(Jakob Oetama,Agung Adiprasetyo)
Kompas TV network Sonora Radio network, Otomotion Radio, Motion FM, Eltira FM Kompas, Jakarta Post,Warta Kota, + other 11 local papersIntisari + 43 magazines &tabloids, 5 book publishers Kompas Cyber Media, Hotels, public relation agencies, university & telecommunication tower (in plan).
4.      Jawa Pos Group
 (Dahlan Iskan)
JPMC network Fajar FM (Makassar) Jawa Pos, Indo Pos Rakyat Merdeka, Radar + others (total: 151)Mentari, Libertymagazines + 11 tabloids Jawa Pos Digital Edition Travel bureau, power plant.
5.      Media Bali Post Group (KMB)
(Satria Narada)
Bali TV network, Jogja TV,Semarang TV,Sriwijaya TV, +others (total: 9) Global Kini Jani, GentaFM. Global FM,Lombok FM, Fajar FM, Suara Besakih, Singaraja FM, Nagara FM Bali Post, Bisnis Bali, Suluh Indonesia, Harian Denpost, & Suara NTB Tokoh, Lintang, & Wiyata Mandala tabloids Bali Post, Bisnis Bali.
6.      Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group
(Eddy Kusnadi Sariaatmadja)
SCTV Indosiar, O’Channel, ElShinta TV, Elshinta FM —Elshinta, Gaul, Story, Kort, Mamamia,Wireless broadband, payTV, telecommunications, banking, IT solutions, production house.
7.      Lippo Group
(James Riady)
First Media, Berita Satu TV Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan Investor, Globe Asia, &Campus Asia magazines Jakarta Globe Online Property, hospital, education, insurance.
8.      Bakrie & Brothers
(Visi Media Asia)
(Anindya Bakrie)
ANTV, TVOne Channel [V] — — — VIVAnews Telecommunications, property, metal, oil & gas, agribusiness, coal, physical infrastructure.
9.      Femina Group
 (Pia Alisyahbana,Mirta Kartohadiprodjo)
UFM Jakarta & Bandung Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda + others (total:15) FeminaGitaCinta, Ayahbunda,Gadis, Parenting Online Production house, event management, boutique, education, printing.
1.  Media Group
 (Surya Paloh)
Metro TV Media Indonesia, Lampung Post, BorneoNews Media Indonesia Online.
1.  Mugi Reka Abadi (MRA) Group
(Dian Muljani Soedarjo)
O’Channel Cosmopolitan FM, Hard Rock FM, IRadio, Trax FM Cosmopolitan, Cosmogirl, Fitness + others (total: 16) Holder of several international boutique brands.
1.  Trans Corpora (Para Group)
(Chairul Tanjung)
Trans TV Trans 7 Detik Online, Banking, venture capital, insurance, theme parks, resort, retail, cinema.

Yang menjadi catatan adalah, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. Sekarang sudah tahun 2016, pasti akan perubahan dan perlu penelitian lanjutan. Meskipun begitu, penelitian yang di lakukan oleh Merlyna Lim patut diapreseasi karena memberikan sebuah landasan sudut pandang bagi masyarakat umum atau bahkan pengambil kebijakan di negeri ini.


Sumber:


Tugas Manajemen Media Massa
Oleh:
Natasya Kania D.S
C1021411RB4003
Ilmu Komunikasi - Universitas Sangga Buana

Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online. Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru. Pertanyaannya adalah media yang banyak itu adalah punya siapa? Pertanyaan ini penting bagi kita untuk memberikan sebuah gambaran ke mana arah sebuah arus pemberitaan selama ini. Apakah berimbang ataukah cenderung berbaur dengan kepentingan bisnis atau bahkan sudah bercampur dengan oleh kepentingan politik?. Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya. Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia. Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abutahir/konglomerasi-media-massa-siapa-menguasai-apa_5655cd6a8223bd97098b45bc
Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online. Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru. Pertanyaannya adalah media yang banyak itu adalah punya siapa? Pertanyaan ini penting bagi kita untuk memberikan sebuah gambaran ke mana arah sebuah arus pemberitaan selama ini. Apakah berimbang ataukah cenderung berbaur dengan kepentingan bisnis atau bahkan sudah bercampur dengan oleh kepentingan politik?. Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya. Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia. Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abutahir/konglomerasi-media-massa-siapa-menguasai-apa_5655cd6a8223bd97098b45bc
Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online. Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru. Pertanyaannya adalah media yang banyak itu adalah punya siapa? Pertanyaan ini penting bagi kita untuk memberikan sebuah gambaran ke mana arah sebuah arus pemberitaan selama ini. Apakah berimbang ataukah cenderung berbaur dengan kepentingan bisnis atau bahkan sudah bercampur dengan oleh kepentingan politik?. Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya. Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia. Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar). peta kompas Group Fakta lainnya, ada satu Grup, yang meskipun secara tidak langsung terkait dengan politik namun salah satu tokohnya, Theo L. Sambuaga, Tokoh Golkar memiliki jabatan penting sebagai Presiden di Grup Lippo. Perusahan milik James Riady ini juga ikut meramaikan bisnis Media di Indonesia. Lippo Group Selain itu, pemain lainnya adalah Trans Corporation (Trans TV dan Trans 7) milik Chairul Tanjung yang dikenal dekat dengan penasehat partai Demokrat Susilo Bambang Yudoyono. Meskipun kita tahu, CT (panggilan Chairul Tanjung) tidak berafiliasi langsung dengan partai Politik tertentu). Sosok lainnya, Hary Tanoesoedibyo pemilik MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV) sekarang membuat kendaraan politik sendiri yang bernama Partai Perindo. Sebelumnya, Hary bergabung dengan Partai Hanura, partai yang didirikan oleh Wiranto. Yang menarik adalah Grup Tempo (Majalah dan surat Kabar) yang didirikan oleh Gunawan Muhammad. Tempo, adalah satu-satunya media Non Konglomerasi yang mampu bertahan dalam persaingan ketat dalam bisnis media mainstream di Indonesia. Tempo juga sejauh ini independent dalam politik. Dengan kondisi yang digambarkan di atas, masyarakat Indonesia akan dihadapkan kenyataan pada kualitas pemberitaan yang diekspos oleh hanya beberapa atau segelintir pemilik modal dan yang beberapa diantaranya memiliki latar belakang politik. Benturan kepentingan bisa saja terjadi. Dalam ilmu komunikasi massa, salah satu hambatan dalam komunikasi massa adalah adanya interest (kepentingan). Hambatan ini bisa mengakibatkan Masyarakat sebagai komunikan tidak memperoleh kualitas informasi yang utuh dan memadai. Bagaimana peta Media Online di Indonesia? Internet sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah web. Website kini menjadi sumber informasi terbesar yang menjadi rujukan sebagian besar masyarakat dewasa ini. Website banyak dimiliki oleh orang per orang, berbeda dengan media massa lainnya. kepemilikannya tidak terkonsentrasi pada satu grup semata, tapi merata. Meskipun begitu, ada beberapa website berita yang dikuasai oleh Grup 13 tadi. Fakta menarik, Kaskus (forum komunitas Indonesia) masuk 6 besar dari 10 website yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Selain Facebook dan Google. Detik masih menjadi pilihan utama akses informasi masyakat Indonesia. Kemudian berturut-turut di bawahnya kompas.com, vivanews.com, okenews.com dan lintas berita.com. Blog sudah menjadi penyeimbang informasi dari media mainstream meskipun belum signifikan, Blog yang sudah punya nama antara lain Ndorokakung.com, Akhdian.com, Isnuansa.com,Bloggombal.com, Jimnysun.com, nazieb.com dan radityaadika.com. Berikut Data yang dipublish tahun 2012 oleh Merlyna Lim dalam Jurnal penelitianya berjudul The League of Thirteen, Media Concentration in Indonesia. Media Nusantara Citra (MNC) Group (Hary Tanoesoedibjo) 1. RCTI, Global TV, MNCTV (ex TPI) 2.Indovision, Sky Vision, SINDO tv network 3. Sindo Radio (Trijaya FM), Radio Dangdut, ARH Global Radio 4. Seputar Indonesia (Koran Sindo) 5. High End magz, Genie, Mom & Kiddie tabloids 6. okezone.com, seputar Indonesia.com, Sindonews.com 7. IT, content production and distributions, talent management, automobile Mahaka Media Group (Erick Tohir) Jak TV, Alif TV JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female, Gen FM Republika, Harian Indonesia (in Mandarin) Parents Indonesia, A+, GolfDigest, Area, magazines Republika Online,rileks.com,Rajakarcis.com, Entertainment, outdoor advertisement Kompas Gramedia Group (Jakob Oetama,Agung Adiprasetyo) Kompas TV network Sonora Radio network, Otomotion Radio, Motion FM, Eltira FM Kompas, Jakarta Post,Warta Kota, + other 11 local papersIntisari + 43 magazines &tabloids, 5 book publishers Kompas Cyber Media, Hotels, public relation agencies, university & telecommunication tower (in plan) Jawa Pos Group (Dahlan Iskan) JPMC network Fajar FM (Makassar) Jawa Pos, Indo Pos Rakyat Merdeka, Radar + others (total: 151)Mentari, Libertymagazines + 11 tabloids Jawa Pos Digital Edition Travel bureau, power plant Media Bali Post Group (KMB) (Satria Narada) Bali TV network, Jogja TV,Semarang TV,Sriwijaya TV, +others (total: 9) Global Kini Jani, GentaFM. Global FM,Lombok FM, Fajar FM, Suara Besakih, Singaraja FM, Nagara FM Bali Post, Bisnis Bali, Suluh Indonesia, Harian Denpost, & Suara NTB Tokoh, Lintang, & Wiyata Mandala tabloids Bali Post, Bisnis Bali Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group (Eddy Kusnadi Sariaatmadja) SCTV Indosiar, O’Channel, ElShinta TV, Elshinta FM —Elshinta, Gaul, Story, Kort, Mamamia,Wireless broadband, pay‐TV, telecommunications, banking, IT solutions, production house Lippo Group (James Riady) First Media, Berita Satu TV Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan Investor, Globe Asia, &Campus Asia magazines Jakarta Globe Online Property, hospital, education, insurance Bakrie & Brothers (Visi Media Asia) (Anindya Bakrie) antv, TVOne Channel [V] — — — VIVAnews Telecommunications, property, metal, oil & gas, agribusiness, coal, physical infrastructure Femina Group (Pia Alisyahbana,Mirta Kartohadiprodjo) U‐FM Jakarta & Bandung Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda + others (total:15) FeminaGitaCinta, Ayahbunda,Gadis, Parenting Online Production house, event management, boutique, education, printing Media Group (Surya Paloh) Metro TV Media Indonesia, Lampung Post, BorneoNews Media Indonesia Online Mugi Reka Abadi (MRA) Group (Dian Muljani Soedarjo) O’Channel Cosmopolitan FM, Hard Rock FM, IRadio, Trax FM Cosmopolitan, Cosmogirl, Fitness + others (total: 16) Holder of several international boutique brands Trans Corpora (Para Group) (Chairul Tanjung) Trans TV Trans 7 Detik Online, Banking, venture capital, insurance, theme parks, resort, retail, cinem Yang menjadi catatan adalah, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. Sekarang sudah tahun 2015, pasti akan perubahan dan perlu penelitian lanjutan. Meskipun begitu, penelitian yang di lakukan oleh Merlyna Lim patut diapreseasi karena memberikan sebuah landasan sudut pandang bagi masyarakat umum atau bahkan pengambil kebijakan di negeri ini.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abutahir/konglomerasi-media-massa-siapa-menguasai-apa_5655cd6a8223bd97098b45bc
Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online. Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru. Pertanyaannya adalah media yang banyak itu adalah punya siapa? Pertanyaan ini penting bagi kita untuk memberikan sebuah gambaran ke mana arah sebuah arus pemberitaan selama ini. Apakah berimbang ataukah cenderung berbaur dengan kepentingan bisnis atau bahkan sudah bercampur dengan oleh kepentingan politik?. Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya. Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia. Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar). peta kompas Group Fakta lainnya, ada satu Grup, yang meskipun secara tidak langsung terkait dengan politik namun salah satu tokohnya, Theo L. Sambuaga, Tokoh Golkar memiliki jabatan penting sebagai Presiden di Grup Lippo. Perusahan milik James Riady ini juga ikut meramaikan bisnis Media di Indonesia. Lippo Group Selain itu, pemain lainnya adalah Trans Corporation (Trans TV dan Trans 7) milik Chairul Tanjung yang dikenal dekat dengan penasehat partai Demokrat Susilo Bambang Yudoyono. Meskipun kita tahu, CT (panggilan Chairul Tanjung) tidak berafiliasi langsung dengan partai Politik tertentu). Sosok lainnya, Hary Tanoesoedibyo pemilik MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV) sekarang membuat kendaraan politik sendiri yang bernama Partai Perindo. Sebelumnya, Hary bergabung dengan Partai Hanura, partai yang didirikan oleh Wiranto. Yang menarik adalah Grup Tempo (Majalah dan surat Kabar) yang didirikan oleh Gunawan Muhammad. Tempo, adalah satu-satunya media Non Konglomerasi yang mampu bertahan dalam persaingan ketat dalam bisnis media mainstream di Indonesia. Tempo juga sejauh ini independent dalam politik. Dengan kondisi yang digambarkan di atas, masyarakat Indonesia akan dihadapkan kenyataan pada kualitas pemberitaan yang diekspos oleh hanya beberapa atau segelintir pemilik modal dan yang beberapa diantaranya memiliki latar belakang politik. Benturan kepentingan bisa saja terjadi. Dalam ilmu komunikasi massa, salah satu hambatan dalam komunikasi massa adalah adanya interest (kepentingan). Hambatan ini bisa mengakibatkan Masyarakat sebagai komunikan tidak memperoleh kualitas informasi yang utuh dan memadai. Bagaimana peta Media Online di Indonesia? Internet sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah web. Website kini menjadi sumber informasi terbesar yang menjadi rujukan sebagian besar masyarakat dewasa ini. Website banyak dimiliki oleh orang per orang, berbeda dengan media massa lainnya. kepemilikannya tidak terkonsentrasi pada satu grup semata, tapi merata. Meskipun begitu, ada beberapa website berita yang dikuasai oleh Grup 13 tadi. Fakta menarik, Kaskus (forum komunitas Indonesia) masuk 6 besar dari 10 website yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Selain Facebook dan Google. Detik masih menjadi pilihan utama akses informasi masyakat Indonesia. Kemudian berturut-turut di bawahnya kompas.com, vivanews.com, okenews.com dan lintas berita.com. Blog sudah menjadi penyeimbang informasi dari media mainstream meskipun belum signifikan, Blog yang sudah punya nama antara lain Ndorokakung.com, Akhdian.com, Isnuansa.com,Bloggombal.com, Jimnysun.com, nazieb.com dan radityaadika.com. Berikut Data yang dipublish tahun 2012 oleh Merlyna Lim dalam Jurnal penelitianya berjudul The League of Thirteen, Media Concentration in Indonesia. Media Nusantara Citra (MNC) Group (Hary Tanoesoedibjo) 1. RCTI, Global TV, MNCTV (ex TPI) 2.Indovision, Sky Vision, SINDO tv network 3. Sindo Radio (Trijaya FM), Radio Dangdut, ARH Global Radio 4. Seputar Indonesia (Koran Sindo) 5. High End magz, Genie, Mom & Kiddie tabloids 6. okezone.com, seputar Indonesia.com, Sindonews.com 7. IT, content production and distributions, talent management, automobile Mahaka Media Group (Erick Tohir) Jak TV, Alif TV JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female, Gen FM Republika, Harian Indonesia (in Mandarin) Parents Indonesia, A+, GolfDigest, Area, magazines Republika Online,rileks.com,Rajakarcis.com, Entertainment, outdoor advertisement Kompas Gramedia Group (Jakob Oetama,Agung Adiprasetyo) Kompas TV network Sonora Radio network, Otomotion Radio, Motion FM, Eltira FM Kompas, Jakarta Post,Warta Kota, + other 11 local papersIntisari + 43 magazines &tabloids, 5 book publishers Kompas Cyber Media, Hotels, public relation agencies, university & telecommunication tower (in plan) Jawa Pos Group (Dahlan Iskan) JPMC network Fajar FM (Makassar) Jawa Pos, Indo Pos Rakyat Merdeka, Radar + others (total: 151)Mentari, Libertymagazines + 11 tabloids Jawa Pos Digital Edition Travel bureau, power plant Media Bali Post Group (KMB) (Satria Narada) Bali TV network, Jogja TV,Semarang TV,Sriwijaya TV, +others (total: 9) Global Kini Jani, GentaFM. Global FM,Lombok FM, Fajar FM, Suara Besakih, Singaraja FM, Nagara FM Bali Post, Bisnis Bali, Suluh Indonesia, Harian Denpost, & Suara NTB Tokoh, Lintang, & Wiyata Mandala tabloids Bali Post, Bisnis Bali Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group (Eddy Kusnadi Sariaatmadja) SCTV Indosiar, O’Channel, ElShinta TV, Elshinta FM —Elshinta, Gaul, Story, Kort, Mamamia,Wireless broadband, pay‐TV, telecommunications, banking, IT solutions, production house Lippo Group (James Riady) First Media, Berita Satu TV Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan Investor, Globe Asia, &Campus Asia magazines Jakarta Globe Online Property, hospital, education, insurance Bakrie & Brothers (Visi Media Asia) (Anindya Bakrie) antv, TVOne Channel [V] — — — VIVAnews Telecommunications, property, metal, oil & gas, agribusiness, coal, physical infrastructure Femina Group (Pia Alisyahbana,Mirta Kartohadiprodjo) U‐FM Jakarta & Bandung Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda + others (total:15) FeminaGitaCinta, Ayahbunda,Gadis, Parenting Online Production house, event management, boutique, education, printing Media Group (Surya Paloh) Metro TV Media Indonesia, Lampung Post, BorneoNews Media Indonesia Online Mugi Reka Abadi (MRA) Group (Dian Muljani Soedarjo) O’Channel Cosmopolitan FM, Hard Rock FM, IRadio, Trax FM Cosmopolitan, Cosmogirl, Fitness + others (total: 16) Holder of several international boutique brands Trans Corpora (Para Group) (Chairul Tanjung) Trans TV Trans 7 Detik Online, Banking, venture capital, insurance, theme parks, resort, retail, cinem Yang menjadi catatan adalah, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. Sekarang sudah tahun 2015, pasti akan perubahan dan perlu penelitian lanjutan. Meskipun begitu, penelitian yang di lakukan oleh Merlyna Lim patut diapreseasi karena memberikan sebuah landasan sudut pandang bagi masyarakat umum atau bahkan pengambil kebijakan di negeri ini.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abutahir/konglomerasi-media-massa-siapa-menguasai-apa_5655cd6a8223bd97098b45bc

Selasa, 15 November 2016

Perubahan Sosial dan Revolusi Indonesia 1998



Perubahan Sosial
Satu aspek yang mengalami perubahan akan mengakibatkan perubahan terhadap aspek-aspek yang lain, pernyataan ini mungkin sangat dekat dengan teori sistem tentang masyarakat sebagai suatu kesatuan yang saling berkaintan. Perubahan pada tingakat makro akan berimplikasi pada tataran mezo dan mikro atau sebalikanya.

Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat, meski terus berubah. Maka konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan : pertama, perbedaan. Kedua, pada waktu berbeda. Dan ketiga, diantara keadaan sistem sosial yang sama. Kecermatan dalam menganalisis perubahan sosial dan menemukan pembedaan dalam hal tersebut haruslah memperhatikan tiga hal dasar tersebut. Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sitem sosial sebagai satu kesatuan. Perubahan sosial ini tidak berarti selamanya merupakan sebuah kemajuan (progress), melainkan disatu sisi perubahan sosial juga bisa merupakan kemunduran (regress).

Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan sosial adalah Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
 
Revolusi identik dengan pemberontakan. Dalam hal ini revolusi memiliki peran yang besar dalam perubahan sosial. Revolusi  industri menyebabkan perubahan struktur sosial masyarakat dari struktur tuan tanah-buruh tani menjadi pemilik modal-buruh pabrik. Karena telah ditemukannya berbagai macam jenis mesin yang baru, sehingga menyebabkan struktur perekonimian dari petani menjadi buruh pabrik. Revolusi industri inipun melalui proses yang terbilang lama, meskipun dalam istilahnya digunakan kata revolusi, namun kecepatan suatu perubahan itu relatif. Contoh lain revolusi yang meletus pada oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahn besar  Negara Rusia yang mula-mula berbentuk kerajaan absolut berubah menjadi negara diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis.

Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Sosial
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut bisa saja terjadi dalam diri suatu masyarakat, dan dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari luar  masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mendukung terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut.
  1. Penduduk yang heterogen.
  2. Sistem pendidikan formal yang maju.
  3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
  4. Toleransi.
  5. Kontak dengan kebudayaan lain.
  6. Sistem terbuka lapisan masyrakat (open stratification).
  7. Orientasi ke masa depan.
  8. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
  9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Ke Sembilan faktor tersebut dimiliki masyarakat Indonesia saat terjadinya kerusuhan 98.


Revormasi Indonesia 1998
 
Jika berbicara mengenai perubahan sosial, Indonesia juga tak lepas dari proses tersebut. Jika dirunut dari zaman penjajahan dahulu, Indonesia telah banyak mengalami perubahan. Bahkan dalam berbagai aspek. Sosial budaya, ekonomi, bahkan perpolitikan. Namum perubahan sosial yang paling mencolok dan dapat dikatakan perubahan yang paling besar pengaruhnya sepanjang sejarah Indonesia adalah reformasi 1998. Transisi dari masa orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto menuju masa reformasi, yaitu ketika lengsernya Soeharto dari jabatannya. Banyak kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada masa orde baru dirombak dan diubah oleh B.J Habibie sebagai presiden Indonesia yang menggantikan Soeharto, setelah lengsernya Soeharto. Serangkaian peristiwa sebelum turunnya Soeharto dari jabatannya termasuk salah satu proses perubahan sosial.

Dalam teori perubahan sosial, terdapat teori revolusi, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Revolusi adalah proses perubahan secara cepat, namun cepat dalam hal ini adalah relatif. Bisa saja sebuah revolusi tetapi proses yang terjadi justeru terkesan lama. Serangkaian peristiwa pemberontakan, demonstrasi, dan sekian aksi unjuk rasa hingga akhirnya rakyat Indonesia yang kontra terhadap sistem kepemimpinan Soeharto, berhasil menggulingkan presiden ke dua republik Indonesia itu. Sehingga pada waktu itu mulai dari orde baru, pemberontakan-pemberontakan, penyerahan kepemimpinan pada B. J. Habibie, hingga masa kepemimpinan Indonesia beralih ke tangan Habibie terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat, sehingga hal ini dapat dikategorikan sebagai sebuah proses revolusi. Meskipun melalui berbagai rangkaian peristiwa, agar lebih jelasnya kami akan memaparkan sedikit rangkaian peristiwa yang penting, yang mengawali era pasca orde baru atau dikenal dengan era reformasi Indonesia.

Peristiwa kerusuhan pada Mei 1998 tidak dapat dilepaskan dari dinamika sosial politik masyarakat Indonesia pada masa itu, yang ditandai dengan rentetan peristiwa Pemilu 1997, krisis ekonomi, Sidang Umum MPR RI Tahun 1998, demonstrasi simultan mahasiswa, penculikan para aktivis dan tertembaknya mahasiswa Trisakti. Pada peristiwa inilah rangkaian kekerasan yang berpola dan beruntun yang terjadi secara akumulatif dan menyeluruh, dapat dilihat sebagai titik api bertemunya dua proses pokok yakni proses pergumulan elit politik yang intensif yang terpusat pada pertarungan politik tentang kelangsungan rezim Orde Baru dan kepemimpian Presiden Suharto yang telah kehilangan kepercayaan rakyat dan proses cepat pemburukan ekonomi. 

Di bidang politik terjadi gejala yang mengindikasikan adanya pertarungan faksi-faksi intra elit yang melibatkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam pemerintahan maupun masyarakat yang terpusat pada isu penggantian kepemimpinan nasional. Hal ini tampak dari adanya faktor dinamika politik seperti yang tampak dalam pertemuan di Makostrad tanggal 14 Mei 1998 antara beberapa pejabat ABRI dengan beberapa tokoh masyarakat, yang menggambarkan bagian integral dari pergumulan elit politik. Di samping itu dinamika pergumulan juga tampak pada tanggung jawab Letjen TNI Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis.
Analisa ini semakin dikuatkan dengan fakta terjadinya pergantian kepemimpinan nasional satu minggu setelah kerusuhan terjadi, yang sebelumnya telah didahului dengan adanya langkah-langkah ke arah diberlakukannya TAP MPR No. V /MPR/1998. 

Di bidang ekonomi terjadi krisis moneter yang telab mengakibatkan membesarnya kesenjangan sosial ekonomi, menguatnya persepsi tentang ketikdakadilan yang semakin akut dan menciptakan dislokasi sosial yang luas yang amat rentan terhadap konflik vertikal (antarkelas) dan horizontal (antargolongan). 

Di bidang sosial, akibat krisis bidang politik dan ekonomi, nampak jelas gejala kekerasan massa yang eksesif yang cenderung dipilih sebagai solusi penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk penjarahan di antara sesama penduduk di daerah. Begitu pula adanya sentimen ras yang laten dalam masyarakat telah merebak menjadi rasialisme terutama di kota-kota besar. Di samping itu identitas keagamaan telah terpaksa digunakan oleh sebagian penduduk sebagai sarana untuk melindungi diri sehingga menciptakan perasaan diperlakukan secara diskriminstif pada golongan agama lain. Mudah dipahami bahwa latar belakang kekerasan-kekerasan itu telah menjadikan peristiwa penembakan mahawiswa Universitas Trisakti sebagai pemicu kerusuhan berskala nasional.

Krisis finansial yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organisasi mahasiswa berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan menyerahkan kepemimpinan kepada wakil presiden B. J. Habibie.

Jika dilihat dari beberapa peristiwa pemberontakan dan demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, sebenarnya inilah yang memicu perubahan dalam hal ini yang memengaruhi pemerintah terutama presiden Soeharto untuk mengambil beberapa keputusan dan kebijakan. Karena tindakan pemberontakan para mahasiswa ini Soeharto merasa ditekan dan merasa harus segera mengambil keputusan besar, yaitu mengundurkan diri. Karena rakyat merasa tidak puas dengan kepemerintahan Soeharto. Sehingga di sinilah terjadi perubahan besar pada negara ini. Yaitu pergantian seorang peresiden, dan pergantian ini membawa perubahan-perubahan lain di negara ini, bahkan di semua aspek. Seperti yang telah dijelskan di atas, kebijakan-kebijakan yang dulu diterapakan pada masa pemerinthan Soeharto, dirombak oleh Habibie dan menerapkan kebijakan-kebijakan baru dalam pemerintahannya. Hal ini tentu berdampak pada kehidupan rakyat Indonesia, karena transisi dari masa orde baru menuju era reformasi pada pemeintahan Habibie terhitung relatif cepat.

Beberapa gambaran kondisi Indonesia dengan kebijakan yang diterapkan pada masa orde baru oleh Soeharto selama masa kepemimpinannya. Pada awal zaman orde baru program pemerintah semata-mata diarahkan kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional, terutama berupa usaha memberantas inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah pada waktu itu melakukan program stabilisasi dan rehabilitasi. Stabilisasi berarti pengendalian inflasi, agar harga-harga tidak melonjak terus secara cepat. Sedangkan rehabilitasi adalah rehabilitasi secara fisik prasarana-prasarana, ekspor, alat-alat produksi yang banyak megalami kerusakan. Soeharto pada waktu itu juga menerapkan  program repelita (rencana pembangunan lima tahun). Kondisi perekonomian terkesan baik dan terlihat mensejahterakan rakyat. Namun ternyata di balik kemakmuran yang terlihat, ternyata Indonesia memiliki utang luar negeri yang tidak sedikit. Soeharto membangun dan memperbaiki perekonomian negara ini dari utang-utang yang dipinjam pada negara-negara maju. Bahkan pada waktu itu, awal-awal orde baru  utang Indonesia kepada luar negeri meliputi sekitar 2,3 miliyar dolar, ditambah dengan tunggakan-tunggakan tahun sebelumnya. Inilah yang sampai sekarang di sebut Soeharto meninggalkan warisan hutang yang banyak pada generasi sesudahnya. Selain masalah inflasi tadi, kebebasan pers di Indonesia pada waktu itu juga mengalami pengekangan dari pemerintah. Maka hal-hal inilah yang semakin hari semakin menekan rakyat Indonesia karena merasa Soeharto terlalu otoriter dalam pemerintahannya. Akhirnya meledaklah semua kekecewaan rakyat terhadap pemerintah, dan menyebab berbagai aksi-aksi pemberontakan.

Sedangkan ketika tampuk pemerintahan telah di tangan Habibie, beberapa kebijakan yang diterpkan olehnya seperti liberalisasi parpol, pemberian kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU subversi. Perubahan perekonomian dimulai dari kerja sama dengan Dana Moneter Indonesia. Sehingga jelas dengan perubahan-perubahan yang diambil oleh Habibie itu kemudian melahirkan perubahan-perubahan lain di berbagai bidang.



TUGAS SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Oleh: Natasya Kania - C1021411RB4003
Ilmu Komunikasi - FIKA
Universitas Sangga Buana YPKP Bandung

 

Sharing, Loving, Giving Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang